Selasa, 15 Februari 2011

Aku bingung

ohh Tuhann,, aku bingung,, saat aku mulai merubah kebiasaan burukku aku tahu tidak semua orang bisa menerimanya. Tolong aku Tuhan, supaya aku jauh lebih baik dan bisa menjadi anak seperti yang Tuhan inginkan. 

Rabu, 24 November 2010

Healing with Laser Heat..amazing..

The promise of medical lasers goes beyond clean incisions and eye surgery: Many believe that lasers should be used not just to create wounds but to mend them too. Abraham Katzir, a physicist at Tel Aviv University, has a system that may just do the trick and is proving successful in its first human trials.
In principle, "laser-bonded" healing offers certain advantages over classic needle-and-thread sutures, including faster healing, decreased risk of infection, and less scarring. Researchers have been working toward flesh-welding lasers for more than a decade, and a number of human trials have shown promise. But what was lacking, until now, was consistency. Flesh, blood vessels, and nerves are delicate tissues that can easily be -- for lack of a better word -- overcooked.
To overcome this problem, Katzir and his colleagues developed a laser-based system with a feedback loop that prevents overheating. First, they had to determine the optimal temperature at which flesh melts but can still heal (about 65 degrees Celsius). Then the group created a pen-sized tool that incorporates optic fibers: one that channels a carbon dioxide-powered infrared laser to the wound with pinpoint precision, and another that leads from the pen to an infrared sensor, which measures the temperature and ensures that the heat remains within the ideal range, between 60 and 70 degrees. All a surgeon has to do is move the pen's tip along the cut, strengthening and sealing the weld with a solder of water-soluble protein.
While many scientists have experimented with laser-bonded healing, most have relied on visual feedback to make sure they were not over- or under-heating the wound. Too little heat results in an unclosed wound, while too much heat causes a bond that initially appears strong but that breaks down as the tissue dies off. "Our advantage is that we have developed optical fibers -- we're one of the very, very few groups in the world who have optical fibers that transmit IR radiation," Katzir says. "We measure the infrared emitted from the spot and can know the temperature exactly."
Until recently, the researchers worked to perfect their technique on pigs, whose skin is most similar to that of a person. Those studies told them that their method was sound: the laser-healed wounds were just as strong, mended faster, and resulted in less inflammation and infection than normal sutures, since a cut that's welded closed is better at keeping bacteria out.
Now, the group has finished their first clinical trial on human patients. Ten subjects underwent laparoscopic surgeries for gall bladder removals: each patient had four small incisions, two of which were closed with sutures and two with Katzir's laser technique.
"It seemed that the laser-bonded cuts healed faster and looked better," he says. The researchers are waiting to see how the two types of closures perform 12 months after surgery before publishing their results, but Katzir is optimistic and already planning the next trial, this time on hernia patients.
"It's a fabulous process, with undeniable biological advantages," says Michael Treat, a surgeon at New York Presbyterian Hospital and associate professor at Columbia University Medical Center. But rather than using lasers to replace a surgeon's needle and thread, he believes that such technology might be better used in robotic systems, in which an entire procedure is automated.
"It's cumbersome for a mechanical system to place sutures, but a laser beam is something that a computer would have an easy time controlling," says Treat, who was involved in some of the field's seminal work. And, he notes, another procedure that could benefit from laser-bonding is nerve repair, where sutures can easily leave too much scarring and rapid, ultra-fine control is essential.
One of Katzir's competitors, Irene Kochevar, is a dermatology professor at Massachusetts General Hospital and is working on her own version of laser-bonded welding, but one that takes advantage of light rather than heat. "If I were to predict, I'd say that his technology and ours both lead to decreased scarring," she says. "He's carried the thermal approach to the highest degree of sophistication of anyone in this area."
Katzir is already thinking beyond the next clinical trial, and believes that his method has a wide range of applications: everything from delicate surgeries on blood vessels to procedures such as cornea transplants, in which sutures can cause incredible discomfort and inflammation, and must remain in place for as long as a year or more.
"It's not simply a replacement of what surgeons do well today," he says, "but it will give surgeons a better tool to do better surgery in the future."

diambil dari : http://www.technologyreview.com/biomedicine/21687/

Hati - hati dengan Laptopmu !

Dapat di perkirakan kemajuan teknologi Wi-fi kedepan mampu mencangkup secara menyeluruh di pelosok belahan planet bumi alam semesta ini. Begitu juga dengan canggihnya kemampuan system yang terkomputer yang mampu menggantikan tenaga manusia, persisnya sebuah robot kedepan mampu mengendalikan manusia. Dimana Internet merupakan sebuah kebutuhan bagi para pebisnis dan dunia hiburan, teknologi internet menggunakan Wi-fi pun merambat ke ragam bentuk alat komunikasi. Di daerah ibu kota berinternet dengan koneksi Wi-fi sudah menjadi trend dan kedepan dapat di perkirankan jaringan Hotspot Home Area akan sangat familiar.
Teknologi gelombang radio yang berkerja Wi-fi lebih dari 100 x rendahnya dari microwave. Tentu hal ini tidak mempunyai efek kesehatan bagi orang dewasa umumnya. Kemajuan terknologi Wi-fi ini masih menjadi isu dan pembahasan para ilmuan untuk memberikan fatwa apakah seberapa besar atau kecilnya perpengaruh dari efek gelombang wi-fi ini.
Beragam situs membahas mengenai dampak negative dari gelombang radiasi wi-fi ini. dan sebagian mengatakan adanya dampak bagi kesehatan manusia dari radiasi gelombang tersebut.
Tidak ada efek negative dari pancaran gelombang radio FM dan wi-fi menjadikan kecendungan orang-orang untuk tidak khawatir untuk beralih wi-fi sebagai sarana paslitas untuk berinternet. Dr. Michael Clark. Penasehat Pemerintah Inggris ketia malakukan uji coba mengukur tingkat radiasi terknologi yang baru dengan terknologi yang lainnya menyimpulkan tidak ada perubahan dan tingkatan radiasinya bahkan dengan peralatan elektronik lainnya.
Namun muculnya wacana lain dimana gelombang radio wi-fi ini berpengaruh terhadap anak membuatnya kita harus waspasa dan membatasi anak-anak untuk berada dalam area radius gelombang wi-fi. Dikatakan oleh Professor Lawrie Challis seorang ilmuan inggris bahwa anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan orang dewasa.
Hal senada juga diungkapkan Professor Lawrie Challis, dari Nottingham University. Dalam pernyataannya pada BBC, Senin (21/05), Prof Challis, yang menjabat sebagai ketua Mobile Telecommunications and Health Research (MTHR) menyebutkan Radiasi elektro magnetik dari Wi-fi sangat kecil, pemancarnya juga berkekuatan rendah, selain itu masih ada jarak dengan tubuh.
Radiasi elektro magnet bisa saja terjadi jika kita memangku laptop karena panas yang di hasilkan atau dekatnya jarak antara monitor dan mata berpengaruh terhadap kesehatan anda. Seorang teman yang berkerja di sebuat provider yang menagani bagian service tower dan alat server lainnya mengatakan. Adanya pengaruh jika badan kita di dekatkan dengan bagian titik antenna – antena tertentu yang tidak boleh di dekatkan karena akan mempengaruhi pada gangguan kesehatan. Dan jika mereka berkerja sesuai dengan prosedur maka setidaknya mampu menjaukan dari hal yang sebutkan tadi.
Meski demikian wacana yang ada mengenai kemajuan teknologi wi-fi, tentu, kita tidak boleh berkecil hati untuk terus memajukan sentra kemajuan wi-fi di di indonesia. Meski dalam posisi ketertinggalan kemajuan terknologi dengan Negara lain kita bisa mengatakan indoensia mampu lebih baik dengan Negara manapun jika pemuda-pemuda intelektual di Indonesia mampu bersatu membangun dalam satu misi kemajuan bersama . Dan semua kemajuan teknologi apapun semoga bermamfaat bagi kemaslahan umat.
Referensi :
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/05/070510_sainswifi.shtml

Kebutuhan teknologi masa depan

Kebutuhan masa depan
1. Transfer Teknologi
Negara berkembang seperti Indonesia umumnya masih relatif miskin akan
teknologi hasil pengembangan sendiri kebanyakan teknologi yang beroperasi atau
dipakai di masyarakat adalah hasil import dari bangsa lain. Dari perspektif
masyarakat yang mengadopsi teknologi, asing transfer teknologi berdampak pada 3
macam proses sosial yang berbeda satu sama lain: (1) transfer inovasi teknologi
(Transfer of Technology), (2) mengoperasikan teknologi (Operation Technology), (3)
mengonsumsi teknologi (Consuming Technology). Transfer teknologi diharapkan
menginduksi kemampuan produksi teknologi semacam serta memelihara
(maintenance) teknologi secara domestik.
Di bidang kesehatan kedokteran uji coba dapat dimulai dari tingkatan laboratorium,
percobaan pada hewan, uji klinis terbatas, uji klinis kendali acak, dan pemanfaatan di
masyarakat luas. Bilamana dalam proses trial dan error dijumpai kegagalan kita harus
maju terus pantang mundur walaupun perbaikannya memerlukan beberapa tahun
tentu saja dengan resiko menghabiskan sumberdaya keuangan dan sumber-sumber
lain yang lebih banyak. Kita harus siap menghadapi kegagalan dan siap belajar dari
kegagalan tanpa mengambil resiko kegagalan kita tidak akan pernah menemukan
yang lebih baik untuk membuat produk, proses dan material yang lebih bermanfaat
bagi upaya peningkatan derajat bangsa kita.
2. Teknologi Tepat Guna
Teknologi kesehatan tepat guna sering disalahartikan sebagai teknologi yang
memandang bahwa peralatannya harus sederhana. Menurut Organisasi Kesehatan
Sedunia WHO (1984). Teknologi kesehatan tepat guna atau appropriate health
technology adalah metoda-metoda, prosedur-prosedur, teknik-teknik, dan peralatan
yang secara ilmiah sah sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan lokal dan dapat diterima
oleh yang memakainya dan dapat dipelihara dan dimanfaatkan dengan sumbersumber
masyarakat atau negara dapat menyediakan. Hambatan-hambatan terhadap
teknologi kesehatan tepat guna menurut Malkin, 2008, (1) penyebaran teknologi
kesehatan tidak jelas organisasinya, (2) Produksi alat kesehatan lokal masih sedikit
jumlahnya, (3) pengguna kurang familiar dengan peralatan yang baru, kurangnya
pelatihan untuk menggunakan alat-alat baru. Untuk menentukan apakah teknologi
tersebut memenuhi syarat atau tidak Centers for Medical care and medical Services
(CMS) menetapkan kriteria sebagai berikut (Clyde et al 2008): (1) teknologi
memberikan pilihan terapi bagi populasi pasien yang tidak merespon atau tidak
memenuhi syarat dengan terapi yang tersedia saat ini. (2) teknologi memberikan
kemampuannya untuk mendiagnosis kondisi pasien yang sebelumnya tidak terdeteksi
dengan metode yang tersedia saat ini atau mampu mendiagnose kondisi medis pasien
10
lebih dini. Harus ada bukti juga bahwa penggunaan alat tersebut mempengaruhi
manajemen pasien, (3) penggunaan teknologi baru secara bermakna memperbaiki
hasil (outcome klinis) bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang tersedia
saat ini. Hasil atau outcome yang sering dievaluasi dalam penelitian alat-alat medis
adalah tentang kemampuannya, menurunkan angka mortalitas, komplikasi yang
terkait dengan pemakaian alat, menurunkan jumlah lama hari rawat di rumah sakit
(length of stay), dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit, mengurangi
waktu pemulihan.
Masih banyak kendala pengembangan teknologi kesehatan di negara
berkembang, oleh karena itu pilihan yang rasional adalah teknologi kesehatan tepat
guna dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengenali kebutuhan teknologi di
masyarakat dengan melakukan riset pasar di rumah sakit pemerintah maupun swasta
dan sektor-sektor upaya pelayanan kesehatan yang lain untuk memperoleh gambaran
yang nyata tentang teknologi kesehatan apa saja yang diperlukan saat ini, (2)
pemahaman dan perumusan masalah teknologi dengan membuat perencanaanperancanaan
dan mengembangkan desainnya, (3) mengupayakan pemecahan
masalah. Dalam upaya pemecahan masalah dibuat suatu model atau prototip. Model
adalah citra bayangan mengenai kenyataan yang tergantung dari obyek atau proses
yang digambarkan serta tujuan penggunaannya, (4) perencanaan dan evaluasi
alternatif-alternatif, (5) memilih alternatif yang sesuai dengan kebutuhan, (6)
membuat produk atau proses teknologi diikuti dengan difusi dan distribusinya.
Dalam megembangkan rancang bangun atau desain perlu kolaborasi diantara
lembaga-lembaga riset, universitas, grup-grup di universitas, fakultas kedokteran,
pemerintah (Departemen Kesehatan) dan kalangan pengusaha atau industri.
Beberapa contoh teknologi tepat guna
(1)Kebutuhan masa depan1. Transfer TeknologiNegara berkembang seperti Indonesia umumnya masih relatif miskin akanteknologi hasil pengembangan sendiri kebanyakan teknologi yang beroperasi ataudipakai di masyarakat adalah hasil import dari bangsa lain. Dari perspektifmasyarakat yang mengadopsi teknologi, asing transfer teknologi berdampak pada 3macam proses sosial yang berbeda satu sama lain: (1) transfer inovasi teknologi(Transfer of Technology), (2) mengoperasikan teknologi (Operation Technology), (3)mengonsumsi teknologi (Consuming Technology). Transfer teknologi diharapkanmenginduksi kemampuan produksi teknologi semacam serta memelihara(maintenance) teknologi secara domestik.Di bidang kesehatan kedokteran uji coba dapat dimulai dari tingkatan laboratorium,percobaan pada hewan, uji klinis terbatas, uji klinis kendali acak, dan pemanfaatan dimasyarakat luas. Bilamana dalam proses trial dan error dijumpai kegagalan kita harusmaju terus pantang mundur walaupun perbaikannya memerlukan beberapa tahuntentu saja dengan resiko menghabiskan sumberdaya keuangan dan sumber-sumberlain yang lebih banyak. Kita harus siap menghadapi kegagalan dan siap belajar darikegagalan tanpa mengambil resiko kegagalan kita tidak akan pernah menemukanyang lebih baik untuk membuat produk, proses dan material yang lebih bermanfaatbagi upaya peningkatan derajat bangsa kita.2. Teknologi Tepat GunaTeknologi kesehatan tepat guna sering disalahartikan sebagai teknologi yangmemandang bahwa peralatannya harus sederhana. Menurut Organisasi KesehatanSedunia WHO (1984). Teknologi kesehatan tepat guna atau appropriate healthtechnology adalah metoda-metoda, prosedur-prosedur, teknik-teknik, dan peralatanyang secara ilmiah sah sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan lokal dan dapat diterimaoleh yang memakainya dan dapat dipelihara dan dimanfaatkan dengan sumbersumbermasyarakat atau negara dapat menyediakan. Hambatan-hambatan terhadapteknologi kesehatan tepat guna menurut Malkin, 2008, (1) penyebaran teknologikesehatan tidak jelas organisasinya, (2) Produksi alat kesehatan lokal masih sedikitjumlahnya, (3) pengguna kurang familiar dengan peralatan yang baru, kurangnyapelatihan untuk menggunakan alat-alat baru. Untuk menentukan apakah teknologitersebut memenuhi syarat atau tidak Centers for Medical care and medical Services(CMS) menetapkan kriteria sebagai berikut (Clyde et al 2008): (1) teknologimemberikan pilihan terapi bagi populasi pasien yang tidak merespon atau tidakmemenuhi syarat dengan terapi yang tersedia saat ini. (2) teknologi memberikankemampuannya untuk mendiagnosis kondisi pasien yang sebelumnya tidak terdeteksidengan metode yang tersedia saat ini atau mampu mendiagnose kondisi medis pasien10lebih dini. Harus ada bukti juga bahwa penggunaan alat tersebut mempengaruhimanajemen pasien, (3) penggunaan teknologi baru secara bermakna memperbaikihasil (outcome klinis) bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang tersediasaat ini. Hasil atau outcome yang sering dievaluasi dalam penelitian alat-alat medisadalah tentang kemampuannya, menurunkan angka mortalitas, komplikasi yangterkait dengan pemakaian alat, menurunkan jumlah lama hari rawat di rumah sakit(length of stay), dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit, mengurangiwaktu pemulihan.Masih banyak kendala pengembangan teknologi kesehatan di negaraberkembang, oleh karena itu pilihan yang rasional adalah teknologi kesehatan tepatguna dengan langkah-langkah sebagai berikut : 
(1) mengenali kebutuhan teknologi dimasyarakat dengan melakukan riset pasar di rumah sakit pemerintah maupun swastadan sektor-sektor upaya pelayanan kesehatan yang lain untuk memperoleh gambaranyang nyata tentang teknologi kesehatan apa saja yang diperlukan saat ini,
(2)pemahaman dan perumusan masalah teknologi dengan membuat perencanaanperancanaandan mengembangkan desainnya,
(3) mengupayakan pemecahanmasalah. Dalam upaya pemecahan masalah dibuat suatu model atau prototip. Modeladalah citra bayangan mengenai kenyataan yang tergantung dari obyek atau prosesyang digambarkan serta tujuan penggunaannya,
(4) perencanaan dan evaluasialternatif-alternatif,
(5) memilih alternatif yang sesuai dengan kebutuhan,
(6)membuat produk atau proses teknologi diikuti dengan difusi dan distribusinya.Dalam megembangkan rancang bangun atau desain perlu kolaborasi diantaralembaga-lembaga riset, universitas, grup-grup di universitas, fakultas kedokteran,pemerintah (Departemen Kesehatan) dan kalangan pengusaha atau industri.